”Terimakasih telah memilih Yogyakarta sebagai destinasi edukasi, sebuah pilihan yang tepat. Dengan beragam pilihan perguruan tinggi yang berkwalitas dan mampu membawa Anda semua ke jenjang sukses dan karir hidup Anda kelak.’’ Sambut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwakilkan oleh Paku Alam X selaku Wakil Gubernur DIY."
Acara yang merupakan perayaan yang bertujuan menyambut hadirnya mahasiswa
baru dari berbagai asal daerah di Indonesia dibuka oleh penampilan
tarian adat khas. Mulai dari Nusa Tenggara Timur, Aceh, serta Maulu Utara sangat
menghibur mahasiswa baru yang hadir di Jogja Menyapa pada hari Senin, 20
Agustus 2019.
Jogja Menyapa diselenggarakan
oleh Paniradya Kaistimewan yang tidak hanya untuk menyambut mahasiswa baru yang akan mencari
ilmu di Jogja, tetapi
mengenalkan budaya Jogja yaitu Srawung. Seperti yang disampaikan Gubernur DIY melalui Paku Alam X yang hadir ditengah
mahasiswa baru, semua yang hadir di acara Jogja Menyapa adalah alasan yang
tepat untuk saling mengenal. Oleh sebab itu, acara ini bertajuk Jogja Menyapa: Ngaruhke, Ngarahke, Tepuk Dunung dan Srawung.
Maksud dari tema Jogja Menyapa: Ngaruhke, Ngarahke,
Tepuk Dunung dan Srawung
adalah sebagai berikut, Ngaruhke
adalah berkunjung untuk mengungkapkan selamat datang dan menayakan kabar. Menujukan
keterbukaan terhadap kehadiran mahasiswa baru di Jogja yang akan menimba ilmu
di Univeristas masing-masing.
Ngarahke merupakan upaya
memberikan informasi terhadap apa yang ada di Jogja. Baik adat istiadat, norma, dan informasi umum
lainnya. Seperti yang diketahui semua, bahwa Jogja memiliki adat
istiadat dan norma yang sudah lama dipegang teguh oleh seluruh masyarakat. Contoh kecil yang harus di aplikaskan adalah
bagaimana bersikap saat menayakan arah atau sebuah lokasi. Saat sedang berkendara menggunakan sepeda
motor, hendaklah turun dari motor, lalu mematikan mesin kendaraan, melepaskan
helm, dan kemudian bertanya dengan senyuman.
Sedangkan Tepung yang berarti perkenalan, tentu sebagai modal awal sebelum ada Dunung yang
berarti menempati tempat tinggal baru dan dilanjutkan dengan Srawung
atau bersosialisasi. Bersosialisasi sangat penting bagi masyarakat Jogja,
sehingga jika dalam kesulitan tetangga akan saling membantu.
“Anak-anakku sekalian saya yakin bahwa kedatangan Anda di Yogyakarta membawa energi positif yaitu menempuh pendidikan, mencari pengalaman, sekaligus membangun persaudaraan dengan teman-teman dari seluruh penjuru Indonesia.Perlu saya sampaikan Yogyakarta sangat terbuka dalam menerima Anda seluruhnya tentu dengan harapan, bahwa Anda sekalian itu menjaga ketertiban dan kenyamanan yang telah terbangun sekian lama.” Lanjut Paku Alam X dalam membacakan sambutan.
Pepatah jawa menyebutkan, Setiap
tempat mempunyai tata cara aturan yang harus di hormati, sama artinya dengan
yang di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Bagi siapapun yang akan datang
ketempat baru bisa menerapkan ilmu dalam pepatah Jawa yaitu tepo sliro
menempatkan segala sesuatu dengan mengukur diri kita sendiri.
Jangan menyakiti bila tidak ingin
disakiti. Hormatilah orang lain, apabila ingin dihomati bersikaplah toleran
karena toleransi sudah menjadi budaya di Jogja. Berbaurlah dengan warga masyarakat
Jogja karena pelajaran berharga tidak diperoleh dari bangku perkuliahan. Namun,
ilmu sejatinya hidup didapatkan dari pergaulan positif.
Jogja Menyapa menghadirkan The King of Broken Heart, yaitu Didi Kempot yang
membuat seluruh mahasiswa yang ada di pelataran FIB UGM bernyayi campur sari Bersama-sama.
Ternyata, anak-anak muda saat ini sangat menggemari lagu campur sari yang
dahulu masih menjadi konsumsi orang-orang yang sudah berumur. Bagi Anda yang belum bisa berpartisipasi di acara
Jogja Menyapa untuk melihat Didi Kempot bernyayi silakan melihat di
video berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar