Model untuk dilukis, Dokumentasi Monyoku. |
Aku melangkah dengan kecepatan di atas rata-rata orang Indonesia berjalan, bahkan bisa dikategorikan berlari. Dari balik seragam rompi hitam dan kemeja putih ada dua orang yang mengikutinya. Aku dan Kak Khun hampir tertinggal pesawat di Bandara Internasional Ngurah Rai menuju Bandara Juanda Surabaya. Detak jantungku terasa begitu cepat setelah duduk meluruskan kaki di kursi pesawat. Kekosongan bangku membuat pola pikir “Owh... masih banyak yang kosong, kita tidak terlambat kan?”, kataku dalam hati.
Sebelum transit di Bali aku dan Kak Khun naik pesawat dari Bandara Internasional Adisutjipto. “Nyo, kamu di mana?”, pesan whatsapp muncul dari sisi atas layar smartphoneku. Aku masih belum check in dan terlebih lagi memasuki ruang tunggu penerbangan. Bergegas aku memasuki detektor “Beep beep beep”, bunyi itu membuat aku berpikir benda apa yang masih melekat di tubuhku? Ternyata penjepit kertas yang aku jadikan sabuk lupa aku ambil. Hahaha... kamu ingin tahu bagaimana bisa penjepit kertas menjadi sabuk?
Baiklah, lupakan jika itu kurang menarik rasa penasaran kamu. Sesampainya di Bandara Juanda Surabaya aku menunggu teman dari Lombok. Kak Subhan namanya, dia menjadi salah satu saksi akan goncangan gempa bumi yang terasa beberapa waktu lalu. Delay – Transit – Berlarian membuat tenagaku cukup terkuras hingga serasa aku tidak punya semangat untuk membuat video bloger tentang perjalananku kali ini. Terasa aku ingin sampai pulau kapuk dan menerjunkan tubuhku.
Akhirnya aku mulai bertemu dengan teman-teman lainnya dari berbagai daerah dan membuat semangatku kembali lagi. Mungkin bisa jadi efek makan siang di Bebek Goreng Sinjay nih. Aku bertemu Kak Roby dari Jakarta, Kak Frea dari Madura (sotoy, ini aku berasumsi dengan mendengarkan percakapan Kak Khun dan Kak Frea di mobil hahaha), Kak Arlan dari Jambi, dan Kak Amel dari Tangerang.
Bebek Goreng Sinjay ini memilik tekstur daging yang mempuk dengan teman sambal rujak yang yummy... Aku bermandikan keringat karena makan Bebek Goreng yang satu ini.
Yap, kami sudah siap menuju Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2018 yang berlokasi di Jatim Expo. Eits... tapi sebelumnya letakan barang-barang di hotel terlebih dahulu dan nanti kami akan ditemani oleh Sakinah serta Ismi selama di Surbaya.
Suasana di Pasar Seni Lukis Indonesia 2018, Dokumentasi Monyoku |
Jika mendengar kata ‘lukisan’ apa yang ada dibenak kamu? Apakah “Monalisa?”, bisa jadi kamu memang harus benar-benar mengunjungi PSLI karena berbagai lukisan dari pelukis-pelukis Indonesia hadir di Jatim Expo. Ratusan pelukis yang karyanya sudah terbang di luar negeri hingga karya lukisan unik dari batu akik, bulu, melukis dengan jari kaki atau lidah. Hm.... menajubkan sekali bukan?
Dari depan gedung Jatim Expo tertampang nyata tanpa badai Syahrini, tertulis “Ajang pertemua, pelukis, kolektor, dan masyarakat”, Ya ini adalah lebaran para pelukis Indonesia. Pertama kali stand lukisan yang aku cari adalah Sadikin Pard. Pelukis asal kota Malang yang melukis menggunakan jari kaki. Keren ya! Salah satu kata yang menginspirasi adalah “Bisa melukis itu biasa mas, tapi bisa berkarya lukisan dengan entertain itu sangat luar biasa”, ini menginspirasi Monyoku untuk membuat vlog dengan ciri khas yang berbeda. Semua orang bisa membuat video bloger tetapi harus ada yang dapat menarik para penonton. Kira-kira itu yang dapat aku ambil kesimpulan.
Masih banyak cerita seru dan menginspirasi dari pelukis yang tiba-tiba melukis Monyoku dengan waktu singkat 5 menit dan mewawancarai ibu dari pelukis belia yang mengikuti PSLI 2018. Tunggu cerita lengkapnya di chanel Monyoku dalam bentuk Vlog. Terimakasih.
Eits... Hampir lupa! Ayo datang di Pasar Seni Lukis Indonesia 2018, bertempat di Jatim Expo mulai dari 12-21 Oktober 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar