Ketika aku masih diperjalan menuju acara di Jakarta Pusat yang suasana jalan raya persis seperti dalam layar televisi setiap pagi pada acara berita. Sebuah pesan singkat diiringgi suara bib memecah suasana hati yang terus naik karena merasakan suhu matahari tidak kunjung turun. Sembari membuka smartphone, keringat mulai bercucuran membasahi kerah baju batik yang aku kenakan. Pesan ajakan untuk mengikuti camp ditempat yang belum pernah aku kunjungi, pahami, dan hal apa saja yang ada ditempat camp. Aku belum sempat berfikir panjang namun langsung mengiyakan. Di kota metropolitan ini aku menginap di penginapan kakaku. Pukul 18.30 WIB perutku sudah memprotes dan akhirnya aku bersama kakakku naik taksi untuk pergi ketempat makan. Disela-sela perjalanan supir taksi membuat aku teringat dan rindu Jogja.
Mas-nya baru sampai di Jakarta dari Jogja ya ? dengan tersenyumSupir taksi menjelaskan bahwa mukaku mudah ditebak kalau dari Jogja. Akupun hanya tersenyum dan melihat kembali informasi terkait camp yang akan aku ikuti. Dengan membaca lebih cermat camp tersebut bernama Camp Pesona Kebinnekaan. Lampiran koordinat lokasi camp cukup membuat bingung ini dimana ya ? Selo Langit. Cukup membuat aku terkejut karena lokasi camp termasuk dalam desa yang krisi air bersih. Wah setelah mengetahui itu justru membuat aku semangit membara untuk mengikuti Camp Pesona Kebinnekaan. Dari judul yang diambil juga tidak kalah membuat haus akan kontribusi terhadap alam serta berbagai macam peserta dari daerah-daerah di Indonesia akan meramaikan acara ini.
Satu hari sebelum acara camp aku baru sampai di Jogja tepat pada tanggal 15 Agutus, belum sempat merasakan lelah susana di jalan Malioboro sudah menyembuhkanku. Senyum tulus, dari orang-orang yang aku temui. Bagiku keistimewaan Jogja salah satunya rasa aman yang muncul bercampur dengan kentalnya kebudayaan dari setiap sentuhan bangunan yang berdiri. Beruntung aku dapat tinggal dekat dengan Malioboro tetapi yang lebih aku syukuri aku sudah berada di Jogja kembali.
Suara kereta di stasiun tugu pada pagi hari mengiringi langkah kakiku untuk bergegas berangkat ke lokasi Camp Pesona Kebinnekaan yaitu Selo langit, Gedhang Atas, Sambirejo, Sleman. Berangkat bersama dua orang teman lainnya kita sudah sampai dijalan menajak yang harapanya sudah dekat lokasi camp. Semakin jauh kami melalui jalan berbatu yang naik turun tidak beraspal. Aku merasa ada yang salah, apakah kita tersesat ? Tiba-tiba ada warga desa yang melintas sehingga kesempatan ini tidak akan dilewatkan.
Mas, permisi mau tanya. Apakah ini jalan menuju Selo langit, Gedhang Atas ? tanyaku
Wah, kalau lewat sini jalannya sedikit susah untuk naik motor mas, tetapi tetap bisa lewat sini mas. JelasnyaDengan mengucapkan terimakasih, kami pun meninggalkan orang tersebut untuk melajutkan perjalanan. Aku merasakan jika berada di Jogja jangan takut kesasar, kelaparan, kebingungan, kekurangan piknik. Karena Jogja memiliki masyarakat terbaik untuk membangun Indonesia. Jogja memiliki masyarakat yang ramah dan akan membantu menujukan jalan jika kita tersesat. Jogja memiliki masyarakat yang peduli dengan sesama manusia, jika kita kelaparan banyak warung makan dengan harga murah meriah. Jogja memiliki banyak wisata yang akan membuat kita selalu bergembira, bahagia, dan nyaman.
Kami melewati Tebing Breksi dan Candi Ijo yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Padahal masih pagi sekitar jam 9. Sesampainya ditempat kami disambut oleh beberapa panitia lokal yaitu pemuda Selo Langit yang mengarahkan kami untuk naik keatas lagi kelokasi untuk parkir. Lagi-lagi dengan senyun yang tidak akan ternilai jika kita dapatkan dengan ikhlas. Setelah selesai parkir kendaraan kami mendaftar ulang untuk memilih tenda. Aku langsung semangat memilih tenda yang berada di paling atas. Sembari menunggu acara pertama yaitu materi geoheritage oleh Bapak Didit Hadi Barianto dari Universitas Gajah Mada kami makan siang yang ternyata diolah oleh warga sekitar Selo Langit bergotong-royong. Untuk tempat makan kami menggunakan daun jati yang dilapisi daun pisang sangat berkesan sekali bagiku. Terlebih lagi cita rasa makan yang penuh dengan rempah-rempah. Sempat disela-sela waktu makan aku memuji makanan yang dimasak oleh warga kepada salah satu mbah yang sedang bersantai. Dan dengan rendah hati ibu tersebut menjawab dengan bahasa jawa yang artinya.
Itu bumbunya hanya garam mas, sama ada bumbu-bumbu yang lainnya. Iya, biasa saja mas. Untuk masak sehari-hari.Setelah makan selesai aku berkenalan dengan peserta Camp Pesona Kebinnekaan yang lain. Dari mulai asal daerah jawa yaitu Jombang, Temanggung, dan Semarang. Hingga dari Madura, Makasar, dan Maluku mengikuti acara camp. Sekitar 60 peserta dibersamai warga sekitar Selo Langit. Hal ini bertujuan untuk ajang bertoleransi, berkomunikasi, dan bersilaturahmi antara peserta dari berbagai daerah yang memiliki bahasa daerah yang berbeda tetapi tetap menjadi satu di Selo Langit Jogja. Karena Menjadi Jogja Menjadi Indonesia, seluruh peserta camp berlatar belakang pelajar, mahasiswa, dan pegiat komunitas merasakan suasana di puncak Selo Langit yang nyaman serta kental dengan kebudaya warga sekitar sehingga peserta merasakan menjadi Jogja. Dan harapnya peserta dapat membawa apa yang telah didapatkan dari acara Camp Pesona Kebinnekan untuk berkontribusi aktif untuk Indonesia.
Bapak Didit Hadi Barianto menjelaskan geoheritage dikemas secara apik sehingga peserta camp sangat antusias, terlebih lagi saat menjelaskan terkait bebatuan yang sedang peserta pijak. Ada satu hal yang sangat melekat pada ingatanku adalah saat berbagi pengalaman wawancara kerja disebuah perusahaan minyak. Bapak Didit diberi pertanyaan bagaimana solusi dari macet yang ada di Jakarta maka jawaban yang sederhana muncul yaitu buat saja peraturan semua masyarakat menggunakan sepeda. Dengan penjelasan yang membuat peserta terbuka pikiran dan bersemangat untuk membangun dan menjaga lingkungan sekitar untuk Indonesia.
Memviralkan konten positiif juga diajarkan dalam Camp Pesona Kebinnekaan. Oleh pemilik akun @infoseni_ yaitu Eko Nuryono. Untuk dapat memviralkan salah satu kuncinya adalah dengan memilik konten dan waktu yang tepat serta jaringan yang akan mendukung memviralkan konten.
Kehangatan sangat dirasakan peserta saat kenduri bersama warga Sambirejo serta perangkat pemerintah di objek wisata Selo Langit. Kenduri adalah jamuan makan yang lebih dikenal dengan selamatan. Saat kenduri berlangsung aku bertanya kepada cucu dari perangkat desa, dia tampak tidak malu-malu berkenalan denganku.
“Namanya siapa dek ?” Aku bertanya dengan nada membisik
“Supeno mas.” Jawabnya singakat tanpa ragu
Dari Selo Langit peserta dapat melihat sun rise yang menawan. Peserta semakin bersyukur atas pesona yang diberikan oleh Tuhan untuk dinikmati. Bahkan, semua hasil bumi yang dimasak oleh masyarakat desa Sambirejo memiliki cita rasa yang sangat nikmat. Selama di Selo Langit peserta Camp Pesona Kebinnekaan makan dan minuman yang penuh khasiat dan kayak akan cita rasa disuguhkan untuk peserta camp, yaitu wedang serai dan teh. Berbagai camilan tradisional juga beraneka ragam mulai dari getuk, emping, dan lanting.
Sekitar jam 9 pagi kita bersama warga Sambirejo melaksanakan upacara bendera di Selo Langit. Rasa haru sangat dirasakan peserta karena disebutkan oleh perwakilan warga bahwa ada para orang tua yang belum pernah melihat bahkan tidak tahu bagaimana upacara bendera itu. Saat peserta menyayikan lagu kebangsaan serta menghormati sang merah putih dari Selo Langit aku hanyut bersama dengan nada-nada yang dikeluarkan peserta upacara. Dan diakhir acara Camp kesenia jathilan dari warga Selo Langit menghibur kami.
Dari Selo Langit untuk Indonesia, aku mendapatkan banyak pembelajaran yang harus tidak saya lupakan. Bahwa kebinnekaan bukan menjadi penghalang untuk menjadi satu yaitu Indonesia, justru karena pesona kebinnekaan akan mewarnai Indonesia.
Artikel ini diikutakn dalam lomba blog Menjadi Jogja Menjadi Indonesia oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY.
Jaya INDONESIA KU... Mantap kali yaa Selo Langit, ane kepengen ngeliat langsung jadinya
BalasHapusSilahkan berkunjung ke Selo Langit mas, lokasinya akan melalui dua tempat wisata yang keren juga tebing breksi dan candi Ijo jadi satu dapat tiga :D
HapusKagiatanya pasti sangat seru.. penuh dengan rasa kebersamaan
BalasHapusZeru abis pak man, :D apalagi makan masakan dari warga desa Sambirejo yang lezat penuh rasa.
HapusKemerdekaan indonesia memang luar biasa
BalasHapusSemoga semakin menjadi bangsa yang kuat ya mas wawan.
HapusNice story bro. thanks sudah sharing ke kita. keep blogging!
BalasHapusYes, sir..
Hapuspengalaman peringatan 17 agustus yang sangat menarik, diperingati ditempat-tempat wisata
BalasHapusIya pak guru, untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan memperkenalkan tempat wisata hehe..
Hapuswah benar-benar jiwa nasionalisme yang tinggi
BalasHapusmemperingati HUT RI 72 ditempat w isata, agar dapat dikenal disegala penjuru dunia
hehe Amiin, mbak cheryl
HapusWih
BalasHapusSpam detect :v
Hapusmemeriahkan acara hut ri yang ke-72 di selo langit
BalasHapusmeriah banget mas taufiq harus coba.
Hapuskeren jiwa nasionalisme nya
BalasHapussemoga menular kemasyarakat luas ya
HapusKeren
BalasHapusMas zairi jangan buka nama disini :v saya takut diculik hehe
HapusArti "jenenge sigen dek" apa ya hehe kurang paham juga,tapi jaya Indonesia.Semangat kerja bersama.
BalasHapussudah saya edit mas :D maafin monyo *luput
HapusJaya indonesia, salam kerja bersama..
BalasHapusSalam andi...
HapusWOW KOMENNYA BANYAK YA, MEMANG BLOGGER HITS ! wkwk
BalasHapusmas, capslock jebol yak :D haha
Hapus